Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kemilau Rembulan

Sejak pagi dan menjelang malam cahaya matahari pun mulai sirna. Secara bergantian Rembulan hadir pada malam hari. Tugas keduanya memiliki peran yang berbeda, namun selalu nampak dalam situasi dan kondisinya. 

Matahari terbit diwaktu pagi dan terbenam di sore hari. Sedangkan bulan, menggantikan perannya. Muncul sejak malam, sampai tengah malam dan hilang saat menyambut waktu pagi. Kembali lagi, matahari berperan setelah lelap dalam tidurnya. 

Bagaimana suasana malam saat diri duduk menikmati hingar-bingar kota. Menadah ke langit awan cerah dan cantik. Purnama bersinar dengan kemilau. Sehingga terbitlah syair berjudul: Kemilau Rembulan. Sekiranya dapat menjadi bahan bacaan, untuk memanjakan para sahabat setia. 
Sama hal dengan aktivitas penduduk bumi. Langit memiliki benda-benda yang selau dihadirkan di waktu malam dan siang. Tapi semua tidak bisa bersama, karena punya peran masing-masing. Waktu yang berbeda, waktu yang sama, dan dalam keadaan tak terduga. 

Bulan muncul dimalam hari bersama cuaca yang cerah. Saat langit mendung dan hujan bulan akan tak terlihat, seperti malu-malu kucing dengan manja. Jika kondisi mulai cerah, perlahan bulan akan menampakkan kemilau cahaya indah dan mempesona. 

Mengikuti aktivitas malam di pelataran, memasang rembulan seperti memandang wajah cantik paripurna. Bulat dan bercahaya penuh, sinarnya mampu menyinari dibelahan bumi. Sehingga banyak mengabadikannya dalam bidikan gawai dan syair-syair nanti indah. Merangkai kata pelipur lara dalam sekejap penuh kekhusyukan. 

Bulan purnama akan menampakan cahaya yang terang tanpa cacat. Menyinari bumi dan alunan malam serasa berirama. Perpaduan suasana malam sejalan tanpa gangguan. Waktu yang tepat dibawah rembulan berkumpul dan bersama. Sayang untuk dilewatkan saat bulan pernah mulai menampakkan. 

Namun begitulah, ada saatnya bulan malu dan bersembunyi. Dibalik awan-awan malam, seketika tak dipandang mulai muncul kembali. Begitulah gaya bulan purnama menghibur hati bagi yang memandang dan memperhatikannya. Mengajak bercanda namun tahu akan keadaannya. 

Nah, begitulah perkiraannya, suasana setelah senja sampai di waktu malam. Sehingga terbitlah syair ini, berjudul:  Kemilau Rembulan. Mari dibaca sama-sama dengan gaya penyampaian masing-masing. Tunjukan nada indah mu, saat menghayati lantunan syair-syair kehidupan. Salah satunya syair berjudul: Kemilau Rembulan. 

Judul: Kemilau Rembulan
Oleh: Hasbun Doya

Senja telah hilang, purnama mulai menyapa. Menerangi kegelapan, kemilau rembulan paripurna. Haruskah terdiam, duduk dan memandangnya. Tersenyum padu, karena keindahannya. Rembulan menyinari bumi, malam kelam bergelora. Menyatu padu secara bersama, seperti bukan fatamorgana. 

Gelap tapi cahaya rembulan, muncul menerangi suasana. Indah di pandang, gemerlap bertabur sinarnya. Tersenyum padu dimalam, dan memandang terkesima. Menghela nafas, merasakan suka duka. Cerita dan perjalan yang tak pernah sirna. Merangkai kata, berisi harapan dan doa. Bermunajat penuh rasa, tercurah di dalam jiwa.

Bulan nampak bersinar, seperti wajah yang mempesona. Menepis gelap dimalam, penuh tanda tanya. Akankah bulan berbicara dan bertanya. Menjelma moksa, seolah ingin bercanda. Duhai rembulan, keberadaan mu bermandikan cahaya. Menemani langkah, dimalam yang sekata.

Kilaunya memancarkan, terdiam tinggi di semesta. Kapankah dapat menjangkau, seperti memetik wajah indah penuh pesona. Terdiam karena cahaya suci, menyilaukan mata. Memandang dan memuja kehadiran, purnama di atas angkasa. Gelap sirna karena menyilaukan mata, memandang penuh suka cita.