Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Syair Agama: Seiman Seiring Seirama

Syair sebagai Sastra Indonesia, yang dipengaruhi oleh kebudayaan Arab. Sastra Indonesia dibagi menjadi, syair tertulis dan tersirat. Membaca syair memberikan manfaat. Syair Indonesia, memang unik dan menarik. 

Menulis syair merangkai kata, syair tersirat dapat dituangkan dalam tulisan. Sehingga dapat dibaca dan di maknai. Salah satu jenis syair ialah syair agama. Berisi pesan dan nasihat sebagai pengingat dalam hidup. 

Syair agama menjadi sarana dakwah islam, masyarakat melayu membuat syair dengan karya-karya yang luar biasa. Penyair Indonesia sangat terkenal, baik yang masih hidup dan yang sudah tiada. Namun karya-karya sastra Indonesia, akan tetap abadi sepanjang masa. Berikut syair berjudul: Seiman, Seiring, Seirama. 
Syair Agama

Satu atap satu tiang penyangga, ibarat suatu tempat berjuang bersama-sama. Namun jangan pernah lupa, utamakan seiman seiring seirama karena itu pondasi utamanya. Kebersamaan dalam perjuangan jangan sampai terlena, detailkan evaluasi sesuaikan peranannya.

Kemana harus dibawa derita hati yang luka, banyak memilih menutup telinga seperti tak tahu asal usulnya. Menolong tak ada ruginya, paling penting pantaskan cara. Tak perlu mengarang cerita, jika hasilnya orang lain sengsara.

Tabur tuai nampak sepele tapi harus diwaspadai, diberkati dan memberkati sejalan menyelimuti. Tak pernah hirau akan akhirnya, alam semesta mampu mengubahnya. Keniscayaan datang dari Tuhannya, beragam bentuk balasannya.

Apa tujuan yang di cari, jika tak tahu diri. Merasa paling mumpuni, sekali-sekali berkaca diri. Kenapa sibuk dengan orang lain lebih baik perbaiki diri, terus memohon pada ilahi agar selamat di kemudian hari.

Berlomba-lombalah dalam kebajikan karena itu wajib dilakukan. Bukan memperkeruh keadaan, akhirnya tumbuh akar kezaliman. Bersatu mencari-cari kesalahan, itu bukan ajaran. Sadari tujuan hidup guna raih keberkahan, seiman seiring seirama salah satu pedoman.

Skenario terus dilakukan, tak jelas arah tujuan. Dibukit teriak bantuan, apadaya yang ditepi lautan. Niat meluntang lantungkan kian sudah berjalan, mana tanggung jawab dan peran malah menjerat secara perlahan.

Apa salah dan dosa pengabdian sudah dijalankan, hormat dan patuh pada aturan kenapa jadi sasaran. Mencoba ingin meluruskan, tapi lempar batu sembunyi tangan. Jangan lihat raga sekarang, besar kecilnya pasti ada balasan.

Ikhlas dan sabar biasa diniatkan, merajut asa merangkak secara perlahan. Doa orang tua jangan di sepelekan, selalu iringi langkah sebagai dukungan. Bukankah setiap insan, senantiasa mengerjakan kebajikan. Tak perlu pengakuan, untuk raih pujian.

Bekerjalah dengan hati, bukan karena ambisi. Segala yang didapati, garis tangan takkan terganti. Itulah ketetapan kehendak sang ilahi, walaupun haha hihi ingat peran ilahi. Tak perlu basa basi, lakukan dan perbaiki. Jangan menunda diri, sebelum Tuhan mengakhiri.