Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Contoh Pantun Saat Pidato Di Depan Publik

Berpantun adalah salah satu tradisi warisan leluhur melayu di Indonesia yang harus di lestarikan. Menyampaikan pantun dapat dilakukan saat berpidato di depan publik baik acara formal, informal, maupun semi formal.

Sebagai narasumber di suatu acara atau tokoh yang ingin menyampaikan sambutannya, alangkah baiknya mengawali pembicaraan dengan berpantun terlebih dahulu walaupun hanya satu bait saja.

Membuat pantun cukup mudah karena terdiri dari 2 bait sampiran dan 2 bait bagian isi pantun yang bersajak ABAB, atau AAAA. Contoh pantun sangat beragam mulai dari pantun nasihat, jenaka, pantun cinta dan lainnya.
Berikut contoh pantun yang dapat digunakan saat menyampaikan pidato atau menjadi narasumber:

Sungguh indah bulan purnama
Bercahaya terang elok di pandang
Wahai saudara hadirin semuanya
Mari gembira sambil berdendang

Jalan jalan ke danau ranau
Panorama alam indah berseri
Jangan sedih dan jangan galau
Mari bersenang sesuka hati

Otak otak ikan tenggiri
Dimakan dengan sambal terasi
Hari ini berkumpul kembali
Jangan lupa satukan hati

Buah duku buah durian
Di petik banyak di atas nampan
Jangan malu dan jangan sungkan
Tampilkan saja kami saksikan

Sungguh indah jembatan ampera
Bangunan megah penuh kenangan
Kita berkumpul kembali bersua
Agar silaturahmi jadi kenangan

Makan pempek dengan mentimun
Sambil duduk beralas tikar
Mari bersatu jangan melamun
Satukan langkah untuk berikrar

Nah, dalam menyampaikan sambutan/pidato di depan publik biasakan berpantun walaupun hanya sebait. Sebagai langkah dalan melestarikan sastra Indonesia. 

Selain memiliki nasihat, pantun juga dapat menghibur dan membuat suasana menjadi lebih kondusif. Misalnya saat memandu acara (MC) dapat diawali dengan pantun setelah salam atau sebelum salam penutup.