Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tradisi Kekiceran Masyarakat Di Pugung

Budaya Kekiceran adalah kearifan lokal masyarakat melayu di pugung pesisir barat.  Sebagai kegiatan silaturahmi dalam rangka memeriahkan hari raya Idul Fitri.

Acara kekiceran menampilkan kategori tarian cipta dan tarian adat yang iringi tabuhan alat musik khas melayu yakni rebana. Acara pentas tari ini di tampilkan oleh anak-anak dan remaja. 

Waktu pelaksanaan acara kakiceran ini yakni pada malam hari dimulai pukul 19:30 sampai dengan selesai. Sistem lomba 1x putaran atau 2x putaran lomba tarian adat dan cipta sesuai undian.  

1. Kategori Tari Adat

Kategori tari adat menampilkan tarian nyambai. Biasanya ditarikan oleh 2 orang atau 7 gadis atau lebih. 
Jika lihat dari ketukan rebana yang mengiringi tarian adat tidak pernah berubah dari dulu hingga sekarang. Apapun gerakan tarian ini, jika masih disebut tarian adat maka ketukannya tetap sama. Inilah salah satu ciri khas dari tarian nyambai masyarakat melayu yang dimaksudkan. 

2. Kategori Tarian Cipta

Tarian ini ditampilkan berdasarkan hasil ciptaan dari masing-masing guru tari. Menampilkan kisah dalam kehidupan masyarakat melayu dan diperjelas dengan iringan lagu wayak secara beriringan.

Ketukan dari rebana juga disesuaikan, tergantung kenyamanan dan kesesuaian judul tari, dan irama lagu.

Untuk kostum di kategori tari cipta ini dibebaskan yakni sesuai peran peserta masing-masing dalam memperagakan alur cerita. 

Jika berperan sebagai orang tua maka penampilan layaknya orang tua, begitu juga jika perannya sebagai tokoh tinggal menyesuaikan dengan atributnya. 

Penyelenggaraan kegiatan ini dilaksanakan oleh muli mekhanai di setiap pekon. Jika biasanya 2 hari puasa seluruh muli mekhanai melakukan himpun guna membahas dan membentuk susunan panitia kakiceran.

Jika sudah terbentuk, maka yang bertugas sebagai guru tari langsung memulai persiapan yang diawali penentuan judul tarian hingga proses pelatihan menari kepada peserta anak-anak.

Adapun lokasi dari acara Kakiceran ini dilaksanakan di tempat terbuka yakni di tengah pekon (desa) yang disebut arena dengan dilengkapi dari susunan meja, kursi, penerangan, dan sound system oleh panitia.

Arena disusun seperti biasanya meliputi tempat pamong (Dewan juri), tokoh adat, pimpinan daerah. Termasuk tempat para tamu undangan, meja panitia, dan meja seluruh Muli Mekhanai.

Penyelenggaran waktu kakiceran ini sebagian sudah ditentukan sesuai kebiasaan sebelumnya, adapula di suatu marga menentukannya melalui undian.

Setiap pekon dalam 3 Marga akan jadi tuan rumah, contoh Marga Malaya yang terdiri atas 8 pekon tuha (Kampung Tua) yang meliputi Malaya, Cahaya Negeri, Lemong, Way Utong, Pardahaga, Tanjung Way Batang, Tanjung Sakti dan Tanjung Jati.

Desa tersebut tidak mengadakan sistem undian tapi lebih kepada urutan dari Malaya, malam kedua cahaya negeri, sampai pekon tanjung.

Dalam pelaksanaan nya juga bersamaan dengan marga penengahan dan marga  tampak. Sehingga dalam 1 malam acara kakiceran ini dilaksanakan di tiga tempat.

Secara bergantian setiap pekon menghadiri acara kakiceran berdasarkan undangan yang ada. Namun, terdapat 2 pekon (Desa) hasil pemekaran yakni pekon Rata Agung dan Sukamulya yang tidak mengadakan Kakiceran melainkan mengisi kegiatan lebaran dengan Pesta Rakyat atau acara halal bil halal.

Pada marga pugung penengahan menaungi 4 pekon yaitu Penengahan, Bandar pugung, Bambang dan Pagar Dalam. 4 pekon ini juga mengadakan acara kakiceran yang sama. Sedang dipekon Sukabanjar yang secara adat masih termasuk marga dari pugung penengahan. Akan tetapi sekarang ini, secara letak administratif sudah masuk dalam kecamatan lumbok seminung, di Kabupaten Lampung Barat yang tidak mengadakan Kakiceran.

Jika dalam 1 malam terdapat tiga pekon yang menggelar acara Kakiceran, maka Anak Tari dan Guru Tari tersebut dibagi menjadi 3 Kelompok yang akan mengisi dan menghadiri 3 pekon tersebut. 

Namun, apabila dalam 1 pekon hanya memiliki 1 atau 2 group anak tari, maka pihak guru tari siap mengkordinir undian agar semua pekon dapat terisi secara bergantian. Artinya setelah selesai menampilkan tari di lokasi, langsung bergegas menuju lokasi lain.

Menjadi anak tari memiliki kesan tersendiri bagi anak-anak, dengan mempelajari tarian melayu dan dapat menambah pengalaman dibidang seni tari, sebagai pelestarian budaya seni tari, dan menambah pergaulan antar sesamanya.

Setiap penyelenggaraan kakiceran tuan rumah juga menyiapkan hadiah untuk seluruh pemenang, dimulai kategori Tarian Adat dan Tarian Cipta dari masing-masing yang meliputi: Juara I, II, III, dan Juara Harapan.

Selain itu, Juara Atribut yakni anak tari terbaik dan guru tari terbaik, hingga perebutan juara umum. Para pemenang akan mendapatkan hadiah berupa uang tunai, bingkisan, tropi, bahkan hadiah ayam, dan kambing.

Acara kakiceran diatur oleh semua muli mekhanai, sebagai biaya acara tersebut diperoleh dari sumbangan masyarakat di masing-masing pekon. Panitia petugas muli mekhanai yang khusus menangani di bagian keuangan akan terus memantau kecukupan dan kekurangan dari dana yang terkumpul.

Acara kakiceran cukup unik dan menarik sebagai warisan nenek moyang terdahulu dalam menyatukan pikiran, merancang, menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk seni yang indah.

Mengingat acara ini dilakukan dalam memeriahkan hari raya idul fitri, juga moment silaturahmi di daerah.