Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Singkat Pencak Silat PSHT

Persaudaraan Setia Hati terate (PSHT) atau nama lain Setia Hati, merupakan aliran silat yang diresmikan pada tahun 1922, sebelum Indonesia merdeka. Aliran silat ini tergolong lama di Indonesia sejak sebelum kemerdekaan Indonesia.

Merintis pengkaderan silat pada masanya tentu tak seramai sekarang karena perbedaan zaman. Perkembangan aliran silat PSHT terus bertambah dan menembus berbagai daerah di Indoensia dan beberapa Negara Asia. 
Pencak Silat sebagai warisan budaya asli Indonesia yang sudah diakui oleh UNESCO, hingga kini aliran pencak Silat sendiri sudah tersebar di berbagai penjuru tanah air. PSHT sendiri sudah memiliki keanggotan yang mencapai jutaan lebih di seluruh dunia.

Aliran silat selalu mengedepankan falsafah dalam persaudaraan setia hati terate (PSHT), sampai sekarang tetap bergaung hingga berhasil melambungkan persaudaraan setia hati terate sebagai sebuah perkumpulan atau organisasi yang berpangkal pada “Persaudaraan” yang kekal dan abadi antar sesamanya.

Sebagai pendiri aliran silat PSHT ini bernama Ki Hadjar Hardjo Oetomo, beliau merupakan pendekar tangguh dan pemberani yang lahir di Madiun pada tahun 1890. Dengan ketekunan dan kesehajaannya, beliau mengabdi pada gurunya yang bernama Ki Ngabehi Soerodiwiryo.

Sebagai murid yang tekun yang rajin memahami dan mempelajari berbagai ilmu silat. Terakhir beliau mendapatkan perhatian khusus dengan kepribadian beliau yang begitu tangkas berhasil menguasai seluruh ilmu sang guru. 

Sehingga ia berhak menerima dan menyandang predikat pendekar tingkat III dalam tataran ilmu Setia Hati. Hal ini terjadi di Desa Winongo disaat Bangsa Belanda melakukan penjajahan. 

Sebelumnya warna sakral perguruan silat PSHT berwarna putih. Kemudian beberapa waktu di lakukan perubahan dan di sepakati menjadi warna hitam.

Perbedaan warna dari seragam yang dikenakan oleh siswa PSHT memang terletak pada lambang yang di sematkan. Namun untuk pakaian bagi anggota PSHT yang sudah di resmikan sebagai anggota memiliki ciri khas selain adanya lambang.

Hal yang selalu di ingat oleh setiap anggota Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), bahwa "Manusia dapat dimatikan, tetapi manusia tidak dapat dikalahkan, Selama manusia masih setia dengan hatinya atau ber-SH pada dirinya sendiri".